Pada pengamatan yang dilakukan terdapat 4 proses
yang dikerjakan pada bahan baku untuk menghasilkan produk pelindung pipa.
Proses tersebut yaitu proses pemotongan, proses pengelasan, proses gerinda, dan proses
pengecatan. Proses pemotongan yang dilakukan menggunaka mesin gerinda potong
dan juga sisinya dapat digunakan untuk menghaluskan permukaan hasil potong yang
berupa blur dan fracture zonenya. Pemotongan pada pembuatan produk ini adalah
proses pertama yang dilakukan terhadap bahan baku untuk mendapatkan ukuran
bahan baku yang sesuai dengan produk yang akan dibuat. Mesin potong yang digunakan
masih membutuhkan tenaga manusia untuk menekan sehingga spindel yang berputar
memakan benda kerja. Meskipun demikian mesin ini adalah mesin yang paling banyak
digunakan pada IKM pengelasan karena mesin yang fleksibel (dapat
dipindah-pindahkan) serta harga dan perawatan peralatan ini murah. Proses yang
dilakukan setelah setiap logam dipotong 60 cm, 50 cm, dan 40 cm maka setiap
bahan baku dilas. Pengelasan yang dilakukan adalah pengelasan busur listrik
yang salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur
listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang
terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang
menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai
habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung
tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku
dan tersambunglah kedua logam tersebut. Kelebihan yang diberikan busur listrik
ini adalah mampu melas logam yang tebal, persiapan pengelasan cukup singkat,
kecepatan pengelasan tinggi. Berbeda dengan las busur gas, meski pada sebagian
IKM menggunakan tersebut dengan hasil yang lebih kuat dan bagus keadaanya yang
tidak praktis atau dapat dipindahkan. Pada analisa yang dilakukan di IKM
sugengjaya ini kebutuhan pengelasan yang peralatannya fleksibel sangan
dibutuhkan karena sistem bekerjanya adalah make to order . Kebanyakan juga IKM
yang ada seperti yang di Keputih
menggunakan las busur listrik. Kebutuhan akan peralatan yang feksibel sangat
dibutuhkan IKM untuk menyesuaikan pembuatan produk, karena proses finishing juga
terkadang dilakukan di tempat pemasangan produk. Seperti alat pelindung pipa
yang sedang dianalisa, produk di kerjakan di sugengjaya hanya sebagai komponen
yang akan siap di rangkai di tempat pemesan (dilas ditempat pemesan).Jika
dibandingkan dengan mesin pengelasan terprogram yang banyak digunakan industri
perakitan maka waktu dan kuantitas produksi yang dikerjakan jauh berbeda.
Tetapi IKM tidak sesuai dengan mesin tersebut dikarenakan biaya dan produksi
yang dilakukan tidak tetap. Berikutnya adalah benda kerja mengalami proses
gerinda yaitu mesin yang mata spindel dapat diganti sesuai kekerasan benda
kerja dan hasil yang diinginkan. Mesin gerinda ini disebut mesin gerinda
tangan,proses ini bertujuan untuk menghaluskan permukaan setelah pengelasan.Setelah
proses pemesinanan gerinda maka dilanjutkan dengan proses pengecatan yang
dilakukan secara manual. Pada IKM ini memilih proses pengecatan manual karena
orderan juga tidak ada yang bentuknya besar ssehingga akan lebih praktis jika
menggunakan proses manual dan biaya lebih murah.
Cacat yang sering terjadi pada proses pembuatan
pelindung pipa ini adalah kesalahan pengukuran yang mengakibatkan maaterial
harus terbuang. Kesalahan pengukuran ini dikarenakan faktor manusia, ketika
pengukuran dilakukan pada logam pertama, dan pengukuran berikutnya dilakukan
dengan mencocokkan logam pertama pada logam kedua, sehingga terdapat perbedaan
panjang karena tidak teliti juga. Hal ini juga mengakibatkan adanya wasting
time karena selalau ada kesalahan pengukuran . Pada sistem kerja IKM sugeng
jaya tersebut hampir setiap orang yang bekerja mengerjakan satu proyek,
sehingga ketika ada orderan datang maka yang menyambut adalah orang yang sedang
bekerja, hal ini juga menyebabkan ketidak fokusan bekerja. Sehingga terdapat
hasil yang kurang memuaskan pada proses finishing .
Berbeda dengan produksi industri yang besar dan
menggunakan teknologi otomasi, setiap pekerja jelas bagian pekerjaan yang
dilakukan, kebanyakan menggunakan produk layout,desai menggunakan computer,
produk yang dihasilkan memiliki toleransi, dan bekerja dengan berpacu pada
waktu. Sedangkan IKM Sugeng jaya masih bekerja dengan proses layout, tidak ada
toleransi produk, sistem desain manual (menggambar manual), berpacu pada
orderan, dan tidak membutuhkan keahlian khusus untuk karyawannya (karyawan harus
serba bisa).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar